HTS, VMJ dan TTM

HUBUNGAN TANPA STATUS ( HTS )Atau VIRUS MERAH JAMBU Atau TEMAN TAPI MESRA ( TTM )


 Pada era 80-an, ketika seruan dakwah mulai marak kebangkitannya, pada saat itu pula budaya pacaran yang melanda para remaja mulai terhapus Jilbabpun sudah tidak asing lagi dan mulai diterima ditengah-tengah masyarakat dan pernikahan dini tidak lagi dianggap tabu.

 Tahun demi tahun semangat dan geliat dakwah semakin terbuka dan meluas. Lembaga pendidikan, social, budaya, ekonomi dan politik tak lepas dari sentuhan dakwah. SDIT mulai bermunculan, nasyid tidak lagi asing bagi masyarakat, bank-bank dengan lebel syari’ah bermunculan.

 Kader dakwah tumbuh semakin baik, cerdas, dan sehat. Intelektual bagus, ibadah serta akhlak terjaga dengan halaqah mingguannya. Namun implementasi nilai dan kontroling kurang diperhatikan terutama berkaitan dengan pergaulan antar lawan jenis.

 Hubungan Tanpa Status ( HTS ) adalah satu fenomena pergaulan baru yang mewabah hingga menyentuh anak-anak muda kader dakwah.

 Mengaku tidak pacaran, tetapi kerap berdekatan. Baik secara fisik maupun emosi. Kadang dalam rapat organisasi, untuk persiapan aksi, dalam kegiatan kuliah, hingga aktivitas-aktivitas berlebel dakwah itu sendiri.

 Satu contoh kasus ; Dalam sebuah kampus yang rindang ada dua mahasiswa, laki-laki dan perempuan, berjalan bersebelahan. Mereka tampaknya sibuk berdiskusi hingga tak memperdulikan orang lain disekitarnya, kecuali sekedar satu dua sapaan ringan atau lambaian tangan pada beberapa kenalan yang ditemui di tengah jalan. Kadang pula terdengar tawa menyela pembicaraan mereka. Ketika sampai di masjid kampus, sang ikhwan pun mengingatkan “Ukh, jangan lupa, rapat dimulai jam satu tepat”. “insyaallah” jawab sang akhwat. “yang lain udah dikasih tahu kok” tambahnya sambil melangkah ke tempat wudlu khusus wanita.


FENOMENA

 Menanggapi fenomena maraknya kasus HTS yang sudah menggejala bahkan sudah merambah kalangan aktivis dakwah yang sudah mengenal tarbiyah, maka sudah seharusnya kita meruntut dari akarnya.

 Pada dasarnya, memasuki usia remaja hormon-hormon seksual memang sudah berkembang, sehingga sensitivitas setiap manusia terhadap lawan jenis pun berkembang pesat. Maka wajarlah jika seorang laki-laki tertarik pada wanita dan begitu juga sebaliknya.


 Akan tetapi dalam presfektif islam, implementasi rasa suka dan ketertarikan antar lawan jenis telah diatur berdasarkan nilai-nilai islam juga.

 Dalam Islam, Motivasinya satu : MENSUCIKAN JIWA ( Tazkiyatunnafs ) DAN MENGOKOHKAN KEHIDUPAN YANG AMAN, TENTRAM DAN DAMAI, DENGAN BERSUMBER DARI KEPATUHAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA.

 Tazkiyatunnafs ( mensucikan jiwa ) adalah prinsip ajaran islam, maka dengan demikian Mafhum mukhalafahnya bahwa segala apapun yang mengarah pada pengotoran jiwa tentu dicegah dan dilarang.

 Tentu kita masih ingat firman Allah dalam surah al isra’ ayat 32 :
وَلاَتَقْرَبُوْاالزِّنَي اِنَّهُ كَانَ فَاخِشَتَه
 Dengan demikian jelaslah bahwa mendekati zina saja sudah terlarang apapun bentuk dan bahasanya.

 Ingat, bahwa tabi’at dosa itu menumpuk dan melenakan. Awalanya berbuat sesuatu dosa dan menganggap bahwa hal tersebut termasuk dosa kecil. Pada akhirnya dosa tersebut menumpuk dan menjadi dosa besar. Ibarat noda yang mengotori cermin hati, yang pada akhirnya akan menutup keseluruhan cahaya hati itu sendiri.



HADAPI “HTS” DENGAN BIJAKSANA

Hubungan Tanpa Status ( HTS ) jelas merusak kesucian hati sekaligus melanggar larangan dan aturan Allah yang berkaitan dengan mendekati zina. Namun jelaslah kurang bijak bila mana kita menggunakan cara keras dalam meluruskan fenomena ini, dimana saat itu remaja kita sedang menghadapi gempuran syahwat yang menerjang dari segala arah. Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi realita ini....?

1. Membangun komunikasi orang tua dengan anak

 Komunikasi dua arah ini sudah harus dijalin sejak dini.
 Agar lebih efektif, orang tua menempatkan diri sebagai sahabat bagi anak, agar anak lebih leluasa dalam menyampaikan permasalahannya pada orang tua termasuk ketertarikannya pafa lawan jenis.

2. Menikah dini
 Ingat sabda rasulullah : يَامَعشَرَالشََّبَاب.........

3. Meintensifkan ibadah
 Kalau memang belum siap menikah, tentunya kita harus berhati-hati. Jangan sampai kita mencoba berani “bermain api”. Jangan karena belum mampu menikah, lantas menghalalkan komunikasi yang bebas seperti itu.
 Hadits di atas mengisyaratkan untuk para pemuda yang belum mampu menikah agar berpuasa dan ibadah-ibadah lain agar dapat mengekang gejolak hawa nafsu.

4. Berlaku Adil pada semuanya
 Sekali lagi kita tidak menafikkan perasaan yang tumbuh dalam hati seseorang, tapi kita harus mampu mengendalikannya. Rasa suka akan menumbuhkan kecenderungan. Maka harus adil pada semua ikhwan ataupun akhwat untuk menjaga keikhlasan kita.
5. Murabbi yang bijak
 Peran murabbi pada mutarabbi amat besar dalam menapaki aktivitas dakwah dan berperlaku.
6. Saling memperbaiki
 Jangan sungkan mengingatkan saudara, tawaasau bil hak.


PAGAR BERLAPIS PERGAULAN

Adab pergaulan yang dijabarkan dalam al-qur’an dan al hadist, sesungguhnya merupakan pagar berlapis yang bisa membantu ummat islam untuk tidak terjerumus dalam perzinahan.
Ketika disebutkan :
َلاَتَقْرَبُوْا
Tentu dibutuhkan adanya jarak dan lapisan-lapisan sehingga bila salah satunya roboh maka masih ada penghalang atau pagar lain.
Meskipun demikian, tetap tidak dapat didiamkan bilamana sudah ada salah satu pagar yang roboh, karena resikonya :
Dapat menghilangkan SENSITIVITAS manusia pada dosa.
Atau minimal, yang tidak biasa lama-lama jadi biasa.

Diantara pagar berlapis pergaulan tersebut adalah :

1. Perintah menundukkan pandangan
Dalam surah an-Nur ayat : 30
قُل لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضّثُوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُواْفُرُوْجَهُمْ
Dalam surah an-Nur ayat : 31
قُل لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغُضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظُنَ فُرُوْجَهُنّ
2. Menutup aurat dengan sempurna
Dalam surah al-ahzab ayat : 59
يَا ايُّهَاالنَّبِيُّ قُلْ لاَِزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْ نِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيْبِهِنَّ
3. Menjaga lisan dari suara yang mendayu-dayu
Dalam surah al-ahzab ayat : 32
4. Tidak berdua-duaan
5. Tidak bercampur baur antara pria dan wanita
6. Tidak bersentuhan antara pria dan wanita

    About Me

    Foto saya
    Saudaraku... kita ditakdirkan sebagai manusia dengan beragam suku bangsa dan bahasa... namun demikian tentu hal itu bukan jadi penghalang persaudaraan kita. Sekedar untuk diketahui, bahwa saya adalah insan yang dilahirkan dari keturunan Jawa Timur asli. Meski saat ini saya berada di kota Khatulistiwa ( baca Pontianak bersama anak dan istriku tercinta, namun sampai saat ini ayah dan ibuku masih tinggal di kota REOG ( baca Ponorogo). Jelasnya... saya adalah anak rantau, yang meyakini bahwa bumi yang kita pijak ini adalah sama. dan tentunya keyakinan ini juga ada pada diri anda... thanks

    Followers