S Y U K U R

Jika sendiri janganlah merasa sendiri,
ada Allah yang sedang mengawasi

Jika sedih janganlah dipendam dalam hati,
Ada Allah tempat berbagi

Jika susah janganlah menjadi pilu,
Ada Allah tempat mengadu

Jika gagal jangan putus asa,
Ada Allah tempat meminta

Jika bahagia jangan menjadi lupa,
Ada Allah tempat memuja

Ingatlah selalu Allah, niscaya Allah akan menjagamu

NAMA SURAT DALAM AL-QUR'AN YANG LEBIH DARI SATU NAMA

S O A L :

Ustadz…. saat saya mencari surah “ Hamim Sajadah “ dalam satu Al-Qur’an dan ingin membuka terjemahnya, ternyata tidak ada. Tetapi setelah saya urutkan ternyata namanya lain, yaitu Fusilat. Masih adakah surah Al-Qur’an yang mempunyai lebih dari satu nama ?

( dari : 085335xxxxx )


J A W A B :

Betul ….., ada beberapa surah Al-Qur’an yang memiliki lebih dari satu nama. Berikut ini akan saya sebutkan beberapa nama surat yang mempunyai sinonim nama, tetapi ini sejauh yang saya tahu saja. Nama surah itu antara lain adalah :

1. Al – Fatihah : Ummul kitab, Ummul Qur’an, Fatihatul
Kitab dan Sab’ul Masani.
2. At – Taubah : Baro’ah.
3. Hamim Sajadah : Fushshilat
4. Al – Mu’min : Ghaafir
5. Al – Insan : Ad – Dahr
6. Al – Lahab : Al – Masad

Demikian beberapa surah yang memiliki lebih dari satu nama,

Maka disaat kita temui ada perbedaan nama dalam dua mushab Al – Qur’an maka kita sudah faham dan tidak bingung lagi.

WANITA ANSHAR

MENITI JALAN ISTIQAMAH

( Materi ini di copy dari kumpulan Artikel : muslim.or.id arsip bulan Januari 2009 )

Kaum muslimin rahimakumullah, di dalam kehidupan manusia, Allah telah menetapkan jalan yang harus ditempuh oleh manusia melalui syariat-Nya sehingga seseorang senantiasa Istiqomah dan tegak di atas syariat-Nya, selalu menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya serta tidak berpaling ke kanan dan ke kiri. Allah ta’ala telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa istiqomah.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS. Al Ahqaaf [46]: 13-14)

Akan tetapi bagaimana pun juga seorang hamba tidak mungkin untuk senantiasa terus dan sempurna dalam istiqomahnya. Terkadang seorang hamba luput dan lalai yang menyebabkan nilai istiqomah seorang hamba menjadi berkurang. Oleh karena itu, Allah memberikan jalan keluar untuk memperbaiki kekurangan tersebut yaitu dengan beristigfar dan memohon ampun kepada Allah ta’ala dari dosa dan kesalahan. Allah ta’ala berfirman yang artinya, Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya”. (QS. Fushshilat [41]: 6). Di dalam al-Qur’an maupun Sunnah telah ditegaskan cara-cara yang dapat ditempuh oleh seorang hamba untuk bisa meraih istiqomah. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. Allah Ta’ala berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (QS. Ibrahim [14] : 27). Makna “ucapan yang teguh” adalah dua kalimat syahadat. Sehingga, Allah akan meneguhkan orang yang beriman yang memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat ini di dunia dan di akhirat.

Kedua, membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur‘an itu dari Robb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl [16]:102)

Ketiga, berkumpul dan bergaul di lingkungan orang-orang saleh. Hal ini sangat membantu seseorang untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah ta’ala. Teman-teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik serta mengingatkan kita dari kekeliruan. Bahkan dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hal yang sangat membantu meneguhkan keimanan para sahabat adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman yang artinya, “Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran [3]:101)

Keempat, berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat. Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)

Kelima, membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan mereka dalam menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud [11]: 120)

Kaum muslimin rahimakumullah demikianlah sedikit yang dapat kami sampaikan sebagai renungan bagi kita semua untuk meniti jalan istiqomah. Semoga Allah ta’ala memberikan keteguhan kepada kita untuk senantiasa menjalankan syariat-Nya hingga kelak kematian menjemput kita semua. Amiin ya Mujibbassaailiin.
[Diringkas dari penjelasan Hadits Arba'in No. 21 yang ditulis oleh Ustadz Abdullah Taslim, Lc.]
***
Penulis: Amrullah Akadhinta
Artikel www.muslim.or.id

ADA TAMU SAAT SHOLAT

S O A L :

Assalaamu'alaikum Wr.Wb.
Kata orang, kalau shalat khusyu’ itu orang disampingnya tidak diketahui. Tetapi orang pernah berkata, jika ada tamu dan kamu lagi shalat, keraskan suaramu, jadi tak konsentrasi dong…..? kan tau atau mendengar kalau ada tamu ………?
( dari : 085235xxxxx)


J A W A B :

Wa'alaikum Salam Wr. Wb.
Saudara penanya yang kami hormati.
Memang benar………, bagi orang-orang shalih, bertemu Allah lewat shalat adalah saat yang paling membahagiakan, karena pada waktu itulah ia bisa mencurahkan semua isi hati dan terus berminajat pada Allah. Ia sangat merasakan kenikmatan berkomunikasi dengan Allah, setelah itu tampak hasil perubahan sikap pada dirinya menuju kesempurnaan akhlak.
Allah berfirman dalam surah Al-Mu’minun ayat 1-3 sebagai berikut :


Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ( yaitu ) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. ( Al-Mu’minun : 1 – 2 )

Pengertian khusyu’ secara ringkas sebagaimana disampaikan oleh ahli tafsir adalah : bahwa khusyu’ itu merendahkan diri dengan hati, pandangan dan dengan suara.
Memang benar, bahwa orang yang khusu’ itu bisa jadi dia tidak tau siapa yang ada disampingnya. Demikian itu karena ia benar-benar konsentrasi dengan Allah.
Akan tetapi yang demikian itu bukan harga mati, maksudnya…….khusu’ tidak mesti seperti itu, sebab kadang-kadang situasi dan kondisi menentukan lain. Yang jelas, disaat dia shalat dan merasakan nikmat bersama Allah SWT, kemudian dia menampakkan akhlak yang sempurna diluar shalatnya, sikapnya baik, tutur katanya sopan, dan segala tingkah lakunya terpuji. Maka inilah arti sebenarnya dari khusyu’.
Contoh situasi dan kondisi yang menentukan lain adalah disaat ada tamu. Dalam kondisi seperti ini Islam tetap memberikan solusi yang baik, yang tentunya tidak akan merusak makna kekhusyu’an dalam pelaksanaan shalat itu sendiri.
Kejadian seperti itu pernah ada pada jaman Nabi, dan Nabi pun memberikan contoh untuk kita. Boleh dengan cara mengeraskan bacaan shalat atau takbir-takbir kita, atau dengan dehem-dehem, atau bahkan dengan mengangkat tangan. Dan ini bukan berarti tidak khusyu’. Nabi menjelaskan dalam hadist sebagai berikut.


Artinya : Dari Ali k.w ia berkata : “ saya diperbolehkan oleh Rasulullah S.a.w dating kepada beliau, baik diwaktu siang atau diwaktu malam. Dan apabila saya dating kepada beliau diwaktu beliau sedang sholat, beliau mendehem-dehem kepada saya (untuk mengizinkan saya ). (H.R Ahmad, Ibnu Majah dan Nasa’i)

Dalam hadist lain, sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah bin Umar saat minta penjelasan pada sahabat Bilal bin Rabbah tentang cara Nabi menjawab salam disaat beliau sedang shalat, hadist tersebut adalah :


Artinya : dari Ibnu Umar ia berkat : saya bertanya kepada Bilal. Bagaimana tuan lihat Nabi S.a.w mejnawab salam kepada mereka (parasahabat) diwaktu mereka (para sahabat) mengucapkan salam sedang Beliau (Nabi) sedang shalat ?. Bilal berkata : Beliau ( Nabi ) menjawab begini, sambil Bilal membuka tapak tangannya. ( H.R. Abu Daud dan Tirmidzi )

Pada hadist pertama menjelaskan bahwa disaat Ali bertamu ke rumah Nabi S.a.w sedangkan Nabi sedang shalat, maka Nabi berdehem-dehem tanda Nabi mempersilakan masuk. Dan pada hadist kedua, sebagaimana yang dijelaskan oleh sahabat Bilal, bahwa jika ada yang mengucapkan salam sedangkan Nabi dalam keadaan sholat, maka beliau membuka telapak tangannya sebagai isyarat menyuruh tunggu.

Apa yang saudara katakan memang benar adanya, kalau orang benar-benar sedang konsentrasi dalam shalatnya, maka bisa jadi tidak mengetahui tentang siapa yang berdiri disampingnya. Hal demikian terbukti pada saat khalifah Umar bin khattab, dimana saat beliau sedang menjadi Imam saat shalat shubuh, tiba-tiba Abu Lu’lu’ah oaring yang beragama Majusi yang pura-pura ikut shalat jama’ah, tiba-tiba maju kedepan dan menusuk kholifah Umar yang sedang jadi Imam sholat tadi dengan belati sebanyak enam kali, namun khalifah Umar tidak terasa karena khusyu’nya beliau dalam shalat, lalu tiba-tiba terjatuh dan dua hari kemudian beliau wafat.
Pada saat itu para jama’ah yang lain juga tidak mengetahui kalau imamnya yaitu kholifah Umar sedang ditusuk belati oleh orang lain. Ini bukti kekhusyu’an yang luar biasa yang terjadi pada zaman shahabat dulu.


Namun , Apa yang telah diperbuat Nabi saat ada tamu ketika beliau sedang shalat sebagaimana dijelaskan dalam hadist diatas adalah sebagai pelajaran bagi kita dan bukti bahwa sebenarnya Islam itu tidak saklek atau kaku, akan tetapi Islam itu mudah dan tidak memberatkan bagi ummatnya, asalakan kita tahu Ilmunya melalui dalil-dalil yang shahih dan jelas.

Bahkan, dalam hadist lain menjelaskan bahwa Nabi S.a.w pernah menggendong cucunya yang sedang menangis saat beliau shalat, ( yaitu Umamah binti Zainab ). Disaat Nabi sedang berdiri, maka cucunya itu digendongnya, dan apabila beliau sedang sujud maka beliau letakkan cucunya tersebut.
Selain itu ada hadist lain yang tertulis dalam kitab Bulughul Maram, bahwa Nabi membolehkan kepada kita untuk membunuh kalajengking dan ular ketika kita sedang shalat, sebab kedua binatang ini sangat berbahaya apalagi jika kedua binatang ini sedang mengancam jiwa kita.

Saudaraku… khusyu’ dalam shalat itu memang harus. Khusyu’ dalam arti kita merasa nikmat bertemu Allah dalam shalat kita dan bisa kita wujudkan dalam perilaku yang baik setelah kita selesai dari menjalankan shalat. Untuk lebih jelasnya, Ade’ buka lagi Tanya jawab jilid satu yang lalu tentang cirri orang-orang yang khusyu’ dalam shalat dan hasilnya.

Kesimpulannya ……… khusyu’ dalam shalat bukan berarti harus tidak tahu apa-apa, maksudnya……disaat kondisi menentukan lain, dalam hal ini berkaitan dengan adanya tamu yang datang, maka Nabi S.a.w telah memberikan solusi terbaik, yaitu diantaranya dengan cara mengeraskan suara atau mengeraskan takbir-takbir shalat kita, atau dengan dehem-dehem atau dengan mengangkat tangan, yang tentunya hal ini tidak berlebihan dan tidak mengurangi ma’na kekhusyu’an dalam shalat kita. Wallahu a’lam.

HTS, VMJ dan TTM

HUBUNGAN TANPA STATUS ( HTS )Atau VIRUS MERAH JAMBU Atau TEMAN TAPI MESRA ( TTM )


 Pada era 80-an, ketika seruan dakwah mulai marak kebangkitannya, pada saat itu pula budaya pacaran yang melanda para remaja mulai terhapus Jilbabpun sudah tidak asing lagi dan mulai diterima ditengah-tengah masyarakat dan pernikahan dini tidak lagi dianggap tabu.

 Tahun demi tahun semangat dan geliat dakwah semakin terbuka dan meluas. Lembaga pendidikan, social, budaya, ekonomi dan politik tak lepas dari sentuhan dakwah. SDIT mulai bermunculan, nasyid tidak lagi asing bagi masyarakat, bank-bank dengan lebel syari’ah bermunculan.

 Kader dakwah tumbuh semakin baik, cerdas, dan sehat. Intelektual bagus, ibadah serta akhlak terjaga dengan halaqah mingguannya. Namun implementasi nilai dan kontroling kurang diperhatikan terutama berkaitan dengan pergaulan antar lawan jenis.

 Hubungan Tanpa Status ( HTS ) adalah satu fenomena pergaulan baru yang mewabah hingga menyentuh anak-anak muda kader dakwah.

 Mengaku tidak pacaran, tetapi kerap berdekatan. Baik secara fisik maupun emosi. Kadang dalam rapat organisasi, untuk persiapan aksi, dalam kegiatan kuliah, hingga aktivitas-aktivitas berlebel dakwah itu sendiri.

 Satu contoh kasus ; Dalam sebuah kampus yang rindang ada dua mahasiswa, laki-laki dan perempuan, berjalan bersebelahan. Mereka tampaknya sibuk berdiskusi hingga tak memperdulikan orang lain disekitarnya, kecuali sekedar satu dua sapaan ringan atau lambaian tangan pada beberapa kenalan yang ditemui di tengah jalan. Kadang pula terdengar tawa menyela pembicaraan mereka. Ketika sampai di masjid kampus, sang ikhwan pun mengingatkan “Ukh, jangan lupa, rapat dimulai jam satu tepat”. “insyaallah” jawab sang akhwat. “yang lain udah dikasih tahu kok” tambahnya sambil melangkah ke tempat wudlu khusus wanita.


FENOMENA

 Menanggapi fenomena maraknya kasus HTS yang sudah menggejala bahkan sudah merambah kalangan aktivis dakwah yang sudah mengenal tarbiyah, maka sudah seharusnya kita meruntut dari akarnya.

 Pada dasarnya, memasuki usia remaja hormon-hormon seksual memang sudah berkembang, sehingga sensitivitas setiap manusia terhadap lawan jenis pun berkembang pesat. Maka wajarlah jika seorang laki-laki tertarik pada wanita dan begitu juga sebaliknya.


 Akan tetapi dalam presfektif islam, implementasi rasa suka dan ketertarikan antar lawan jenis telah diatur berdasarkan nilai-nilai islam juga.

 Dalam Islam, Motivasinya satu : MENSUCIKAN JIWA ( Tazkiyatunnafs ) DAN MENGOKOHKAN KEHIDUPAN YANG AMAN, TENTRAM DAN DAMAI, DENGAN BERSUMBER DARI KEPATUHAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA.

 Tazkiyatunnafs ( mensucikan jiwa ) adalah prinsip ajaran islam, maka dengan demikian Mafhum mukhalafahnya bahwa segala apapun yang mengarah pada pengotoran jiwa tentu dicegah dan dilarang.

 Tentu kita masih ingat firman Allah dalam surah al isra’ ayat 32 :
وَلاَتَقْرَبُوْاالزِّنَي اِنَّهُ كَانَ فَاخِشَتَه
 Dengan demikian jelaslah bahwa mendekati zina saja sudah terlarang apapun bentuk dan bahasanya.

 Ingat, bahwa tabi’at dosa itu menumpuk dan melenakan. Awalanya berbuat sesuatu dosa dan menganggap bahwa hal tersebut termasuk dosa kecil. Pada akhirnya dosa tersebut menumpuk dan menjadi dosa besar. Ibarat noda yang mengotori cermin hati, yang pada akhirnya akan menutup keseluruhan cahaya hati itu sendiri.



HADAPI “HTS” DENGAN BIJAKSANA

Hubungan Tanpa Status ( HTS ) jelas merusak kesucian hati sekaligus melanggar larangan dan aturan Allah yang berkaitan dengan mendekati zina. Namun jelaslah kurang bijak bila mana kita menggunakan cara keras dalam meluruskan fenomena ini, dimana saat itu remaja kita sedang menghadapi gempuran syahwat yang menerjang dari segala arah. Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi realita ini....?

1. Membangun komunikasi orang tua dengan anak

 Komunikasi dua arah ini sudah harus dijalin sejak dini.
 Agar lebih efektif, orang tua menempatkan diri sebagai sahabat bagi anak, agar anak lebih leluasa dalam menyampaikan permasalahannya pada orang tua termasuk ketertarikannya pafa lawan jenis.

2. Menikah dini
 Ingat sabda rasulullah : يَامَعشَرَالشََّبَاب.........

3. Meintensifkan ibadah
 Kalau memang belum siap menikah, tentunya kita harus berhati-hati. Jangan sampai kita mencoba berani “bermain api”. Jangan karena belum mampu menikah, lantas menghalalkan komunikasi yang bebas seperti itu.
 Hadits di atas mengisyaratkan untuk para pemuda yang belum mampu menikah agar berpuasa dan ibadah-ibadah lain agar dapat mengekang gejolak hawa nafsu.

4. Berlaku Adil pada semuanya
 Sekali lagi kita tidak menafikkan perasaan yang tumbuh dalam hati seseorang, tapi kita harus mampu mengendalikannya. Rasa suka akan menumbuhkan kecenderungan. Maka harus adil pada semua ikhwan ataupun akhwat untuk menjaga keikhlasan kita.
5. Murabbi yang bijak
 Peran murabbi pada mutarabbi amat besar dalam menapaki aktivitas dakwah dan berperlaku.
6. Saling memperbaiki
 Jangan sungkan mengingatkan saudara, tawaasau bil hak.


PAGAR BERLAPIS PERGAULAN

Adab pergaulan yang dijabarkan dalam al-qur’an dan al hadist, sesungguhnya merupakan pagar berlapis yang bisa membantu ummat islam untuk tidak terjerumus dalam perzinahan.
Ketika disebutkan :
َلاَتَقْرَبُوْا
Tentu dibutuhkan adanya jarak dan lapisan-lapisan sehingga bila salah satunya roboh maka masih ada penghalang atau pagar lain.
Meskipun demikian, tetap tidak dapat didiamkan bilamana sudah ada salah satu pagar yang roboh, karena resikonya :
Dapat menghilangkan SENSITIVITAS manusia pada dosa.
Atau minimal, yang tidak biasa lama-lama jadi biasa.

Diantara pagar berlapis pergaulan tersebut adalah :

1. Perintah menundukkan pandangan
Dalam surah an-Nur ayat : 30
قُل لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضّثُوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُواْفُرُوْجَهُمْ
Dalam surah an-Nur ayat : 31
قُل لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغُضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظُنَ فُرُوْجَهُنّ
2. Menutup aurat dengan sempurna
Dalam surah al-ahzab ayat : 59
يَا ايُّهَاالنَّبِيُّ قُلْ لاَِزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْ نِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيْبِهِنَّ
3. Menjaga lisan dari suara yang mendayu-dayu
Dalam surah al-ahzab ayat : 32
4. Tidak berdua-duaan
5. Tidak bercampur baur antara pria dan wanita
6. Tidak bersentuhan antara pria dan wanita

'Asyura dan Kisah Nabi-nabi

S O A L :

Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Adakah kaitannya antara 'Asyura ( 10 Muharram ) dengan kisah Nabi Musa AS., Nabi Nuh AS., Nabi Ibrahim AS., dan Nabi Yunus AS.,..?
( Mas Said... Wonogiri Jateng )


J A W A B :

Wa'alaikum salam Wr. Wb,.
Bulan Muharram adalah bulan Mulia, sebab bulan Muharram adalah Bulan Allah ( syahrullah ). Selain itu, bulan Muharram termasuk bulan Haram ( Asyharul hurum ). Firman Allah :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram “ (Q.S at-Taubah : 36)

Selain itu, di bulan Muharram ini juga di sunahkan puasa, sabda nabi SAW :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“ Paling utamanya puasa setelah Ramadhan, yaitu puasa di bulan Muharram, dan paling utamanya shalat setelah shalat fadhu adalah shalat malam “.

Dalam Bulan Muharram ada istilah 'Asyura ( 10 Muhrram ) yang didalamnya di sunahkan puasa. Kaitan dengan kisah Nabi, maka yang jelas dan ada dalilnya adalah yang berkaitan dengan sejarah Nabi Musa AS. hadist yang berkaitan dengan ini adalah :
Diriwayatkan dalam hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأُنَاسٍ مِنْ الْيَهُودِ قَدْ صَامُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا مِنْ الصَّوْمِ قَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي نَجَّى اللَّهُ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ الْغَرَقِ وَغَرَّقَ فِيهِ فِرْعَوْنَ وَهَذَا يَوْمُ اسْتَوَتْ فِيهِ السَّفِينَةُ عَلَى الْجُودِيِّ فَصَامَهُ نُوحٌ وَمُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ تَعَالَى فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى وَأَحَقُّ بِصَوْمِ هَذَا الْيَوْمِ فَأَمَرَ أَصْحَابَهُ بِالصَّوْمِ (رواه احمد في مسنده)
Dari Abi Hurairah ra berkata : Nabi Saw melewati sekelompok orang yahudi, mereka berpuasa di hari Asyura’. Nabi bertanya : “Puasa apa ini?”. Mereka menjawab : “Ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari tenggelam, dan menenggelamkan Fir’aun. Dan hari ini juga adalah hari merapatnya bahtera (Nabi Nuh) di bukit Judiy. Maka Nabi Nuh dan Nabi Musa berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah SWT ”. Lalu Nabi berkata : “Saya lebih berhak dengan Nabi Musa dan lebih berhak untuk berpuasa di hari ini”. Nabi pun memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa.


Adapun 'Asyura ( 10 Muharram ) yang berkaitan dengan kisah Nabi Yunus AS., Nabi Ibrahim AS., dan nabi Nuh AS., sampai hari ini belum ana dapatkan dalilnya yang kuat, dalam artian, selama ini ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang kejadian-kejadian para nabi pada tanggal ini ( seperti Nabi Nuh mendarat dari pelayaran, nabi Yunus keluar dari perut ikan hiu, Nabi Ibrahim selamat dari kobaran Api dll ), menurut hemat ana, ini hanya sebatas k a t a n y a... atau qiila wa qaala.
Wallahu a'lam.

WAKTU TAHRIM

S O A L :

Assalaamu'alikum Wr. Wb.
Apa yang dimaksud dengan “ Waktu Tahrim “ ? dan ada berapa macam.?
( dari : 085235xxxx)


J A W A B :

Wa'alaikum salam Wr. Wb.
Tahrim, secara bahasa berasal dari kata haram, yang berarti dilarang atau tidak boleh. Jadi waktu tahrim maksudnya adalah waktu yang dilarang oleh Nabi untuk melaksanakan sholat dan mengubur mayit-mayit.
Nabi S. a. w. bersabda :

Artinya : Dan baginya dari Uqbah bin ‘Amr : ( ada ) tiga waktu yang Rasulullah S. a. w larang kami bersholat padanya dan ( larang ) kami mengubur mayit-mayit kami padanya : di ketika sedang terbit matahari hingga tinggi ia, dan ketika tegak panas yang terik hingga tergelincir matahari, dan ketika hamper matahari terbenam.

Dari hadist diatas bias ditarik kesimpulan bahwa ada tiga waktu tahrim atau waktu yang dilarang kita bersholat dan mengubur mayat, antara lain :
1. Waktu matahari sedang terbit.
2. Waktu matahari ditengah – tengah langit ( siang hari )
3. Waktu matahari hamper terbenam.

Dari hadist lain yang bersumber dari ‘Amar bin ‘Absah katanya :

Artinya : Saya bertanya, ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang sholat…! Ujar Nabi : lakukanlah sholat subuh, kemudian hentikan sholat sampai matahari terbit dan terangkat naik, karena ia terbit diantara dua tanduk setan, disaat mana orang - orang kafir bersujud kepadanya. Kemudian sholatlah pula, karena sholat itu disaksikan dan dihadiri, sampai naungan itu tepat menimpa panah maka hentikanlah karena itu neraka sedang dinyalakan apinya, dan jika ia telah tergelincir, maka sholatlah pula, karena sholat itu disaksikan dan dihadiri sampai anda melakukan sholat Ashar, lalu berhentilah pula sholat sholat sampai matahari dua tanduk setan, disaat mana orang-orang kafir sujud kepadanya. ( H.R Ahmad dan Muslim ).


Hadist yang baru diatas menjelaskan alasan tentang tiga waktu tahrim yang disebutkan pada hadist sebelumnya. Alasan yang dijelaskan oleh Nabi pada hadist diatas bahwa kita dilarang sholat pada saat matahari sedang terbit dan terbenam, karena pada dua waktu ini posisi matahari sedang berada diantara dua tanduk setan”. Maksudnya menurut Imam Nawawi, pada waktu - waktu tersebut setan mendekatkan kepalanya kepada matahari agar orang - orang yang sujud menyembah matahari, tampak seperti sujud menyembahnya ( kepada setan ). Maka ketika itu jika ada kaum muslimin melakukan sholat, berarti syetan berhasil secara dhahir mengelabuhi kaum muslimin dan dianggap telah menyembahnya. Itulah sebabnya Nabi memakruhkan sholat pada waktu tersebut demi untuk menghindarkan akibat yang negative tersebut.
Adapun alasan dilarangnya sholat disaat matahari berada tepat ditengah-tengah langit ( siang hari) yaitu saat matahari berada tepat pada kulminasi atas, karena, kata Nabi S. a. w, saat itu neraka Jahannam sedang dinyalakan apinya. Wallahu A’lam.

MAKAN MANIS SEHABIS WUDHU

S O A L :

Sesudah wudhu makan yang manis-manis dan ingin sholat apa harus wudhu lagi ? atau berkumur – kumur saja boleh …? Atau langsung sholat juga boleh? Apa alasannya?
(dari : 085235xxxx)


J A W A B :

Sebelumnya, kita harus tahu bahwa dalam Al-qur’an atau hadist atau kitab-kitab fiqih tidak ada yang menjelaskan batalnya wudhu karena makanan yang manis-manis. Jadi jelasnya….…kalau kita wudhu lalu makan yang manis-manis itu boleh langsung sholat.
Dan akan lebih bagus lagi, kalau sesudah makan yang manis-manis tersebut kita berkumur – kumur akan membersihkan mulut kita dari sisa - sisa makan, sebab jika seandainya masih ada sisa - sisa makanan dalam mulut kemudian kita kunyah dan telan saat kita sholat maka ini disebut makan yang tentunya membatalkan sholat, maka sekali lagi berkumur-kumur sebelum sholat itu lebih bagus.
Mengingat tidak ada hadist tentang memakan yang manis sesudah wudhu, maka sebagai perbandingan dengan permasalahan diatas, akan saya tunjukkan hadist yang menjelaskan bahwa Nabi membolehkan tidak wudhu lagi setelah makan daging kambing dan dianjurkan wudhu lagi bagi orang yang makan daging onta. Arti hadist tersebut adalah :
Artinya : Dari Jabir bin Samurah, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi S. A. W : ( Mestikah ) saya berwudhu lantaran memakan daging kambing? Sabdanya : “ Jika engkau mau ”. Ia bertanya : ( Mestikah ) saya berwudhu lantaran memakan daging onta? Sabdanya : “Mesti”.
( HR. Muslim )

Dari hadist ini menjelaskan bahwa barang siapa yang sudah berwudhu lalu makan daging kambing, maka kata Nabi : kalau mau boleh berwudhu dan kalau langsung sholat juga tidak masalah. Akan tetapi barang siapa yang sudah wudhu lalu makan daging onta, maka kata Nabi dia harus wudhu lagi.
Dalam hadist lain, yang bersumber dari Amar bin Umaiyah Adh-Dhamri r.a. ia berkata :
Artinya : Saya lihat Rasulullah S.a.w memotong bahu kambing, dan memakannya, tiba - tiba kedengaran panggilan sholat, maka Nabi pula bangkit dan melemparkan pisau, kemudian sholat dan berwudhu.
( HR. Buhari Muslim )

Kesimpulannya…….. setelah makan manis - manis boleh langsung sholat, tetapi berkumur – kumur dulu lebih bagus untuk menghilangkan sisa makanan. Selain itu, jika kita makan daging kambing tidak diharuskan wudhu lagi. Akan tetapi jika kita makan daging onta, dianjurkan wudhu lagi, Wallahu A’lam.

Zakat RIKAZ ( Harta Temuan )

S O A L :

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. Mas, mau tanya, apa pengertian Rikaz itu...?
Wahyu, Ponorogo


J A W A B :

Wa'alaikum Salam Wr. Wb.
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.
Zakat atas harta terpendam adalah 20% (seperlima) dari jumlah hartanya dan tidak disyaratkan harus dimiliki lebih dulu selama satu tahun.
Dalam sebuah hadits riawayat Jama'ah dari Abi Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda bahwa dalam rikaz itu ada kewajiban zakat sebesar satu per lima atau 20 persen.

Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa dalam rikaz tidak ada nisabnya (Fiqh Zakat, I: 453). Jadi, berapa pun harga dari rikaz itu dikeluarkan zakatnya 20 persen. Sebagian ulama berpendapat bahwa rikaz itu ada nisabnya, yaitu sama dengan emas dan perak, senilai 85 gram. Karena itu, jika harta rikaz itu bernilai di atas delapan juta rupiah, maka keluarkan zakatnya sebesar 20 persen.
Wallahu a'lam

    About Me

    Foto saya
    Saudaraku... kita ditakdirkan sebagai manusia dengan beragam suku bangsa dan bahasa... namun demikian tentu hal itu bukan jadi penghalang persaudaraan kita. Sekedar untuk diketahui, bahwa saya adalah insan yang dilahirkan dari keturunan Jawa Timur asli. Meski saat ini saya berada di kota Khatulistiwa ( baca Pontianak bersama anak dan istriku tercinta, namun sampai saat ini ayah dan ibuku masih tinggal di kota REOG ( baca Ponorogo). Jelasnya... saya adalah anak rantau, yang meyakini bahwa bumi yang kita pijak ini adalah sama. dan tentunya keyakinan ini juga ada pada diri anda... thanks

    Followers